Minggu, 06 April 2014

" Lemahnya Pengajaran Pendidikan Bahasa Indonesia Terhadap Kegiatan Pembelajaran "

Ini postingan saya yang berkaitan dengan dunia pendidikan yakni tentang keterampilan berbahasa Indonesia.
Maaf ya kalau terlalu panjang dan ada kata yang kurang berkenan, maklum manusia tidak ada yang sempurna *hehehe* :).... ~Happy Reading... ^_^


Lemahnya Pengajaran Pendidikan Bahasa Indonesia Terhadap Kegiatan Pembelajaran 

Pelajaran Bahasa Indonesia mulai dikenalkan di tingkat sekolah sejak kelas 1 SD. Mereka memulai dari nol. Pada masa tersebut, materi pelajaran Bahasa Indonesia hanya mencakup membaca, menulis sambung dan membuat karangan singkat. Pola semacam itu hanya membuat jenuh untuk belajar Bahasa Indonesia. Hal ini terlihat dengan adanya metode pengajaran bahasa yang telah gagal mengembangkan keterampilan dan kreativitas para siswa dalam berbahasa. Hal ini disebabkan karena pengajarannya yang bersifat formal akademis dan bukan untuk melatih kebiasaan berbahasa siswa itu sendiri.

Sampai ke tingkat selanjutnya, pla yang digunakan juga tidak mengalami perubahan yang signifikan. Pengajaran Bahasa Indonesia yang monoton telah membuat para siswanya mulai merasakan gejala kejenuhan akan belajar Bahasa Indonesia. Hal tersebut diperparah dengan adanya buku paket yang menjadi buku wajib. Sementara isi dari materinya terlalu luas dan juga cenderung bersifat hafalan yang membosankan. Inilah yang kemudian akan memupuk sifat menganggap remeh pelajaran Bahasa Indonesia karena materi yang diajarkan itu-itu saja.

Kelemahan proses KBM yang mulai muncu di SD ternyata masih dijumpai di jenjang perguruan tinggi. Bahkan ironisnya, belajar menulis sambung yang mati-matian diajarkan dahulu, ternyata hanya sebatas SD saja. Pada saat SMP, SMA atau perguruan tinggi, penggunaan huruf sambung seakan-akan haram hukumnya, karena banyak guru dari berbagai mata pelajaran yang mengharuskan siswanya untuk selalu menggunakan huruf cetak.

Seharusnya pada masa ini siswa sudah mulai diperkenalkan dengan dunia pelajaran Bahasa Indonesia yang lebih hidup dan bervariatif. Namun, selama ini hal itu dibiarkan mati karena pengajaran Bahasa Indonesia tidak berpihak pada pengembangan bakat siswa. Pengajaran Bahasa Indonesia lebih bersifat formal dan beracuan untuk mengejar materi di buku paket. Padahal keberhasilan kegiatan dalam pengajaran Bahasa Indonesia pasti akan diikuti dengan tumbuhnya minat baca dan menulis yang tinggi di kalangan siswa.

Setelah melihat pada pola pengajaran tersebut, adanya kelemahan-kelemahan dalam pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah. KBM belum sepenuhnya menekankan pada kemampuan berbahasa, namun lebih pada penguasaan materi. hal ini terlihat dari porsi materi yang tercantum dalam buku paket lebih banyak diberikan dan diutamakan. Sedangkan pelatihan berbahasa yang sifatnya lisan ataupun praktek hanya memiliki porsi yang jauh lebih sedikit. Padahal kemampuan berbahasa tidak didasarkan atas penguasaan materi bahasa saja, tetapi juga perlu latihan dalam praktek kehidupan sehari-hari.

Agar proses KBM di kelas yang identik dengan hal-hal yang membosankan menjadi suasana yang lebih hidup. Dengan lebih variatifnya metode dan teknik yang disajikan diharapkan minat siswa untuk mengikuti pelajaran Bahasa Indnesia meningkat. Selan itu guru hendaknya melakukan penilaian proses atas kinerja berbahasa siswa selama KBM berlangsung. Jadi tidak hanya berorientasi pada nilai ujian tertulis.

Perlu adanya kolaborasi baik antar guru Bahasa Indonesia maupun antara guru Bahasa Indonesia dengan guru bidang studi lainnya. Dengan demikian tanggung jawab pembinaan kemahiran berbahasa tidak semata-mata menjadi tanggung jawab guru Bahasa Indonesia melainkan juga guru bidang lain.

0 komentar:

Posting Komentar